Kala

The word is out. Get this: Film kedua Joko Anwar is a MINDFUCK, dalam tradisi film-film seperti 12 Monkeys dan Brazil. Untuk itu kami berani mengatakan, Terry Gilliam Indonesia telah lahir.

Tidak ada sedikitpun tanda-tanda dari Arisan!, Janji Joni, atau Jakarta Undercover yang mempersiapkan kami untuk menerima KALA, sebuah film yang rasanya dibuat oleh seorang scientist gila yang sesukanya mencampur berbagai macam formula. Di tangan yang salah, ini bisa jadi bencana. Di tangan Joko Anwar, hasilnya adalah sebuah formula baru yang sulit didefinisikan. Tapi jika orang bersedia menelannya, mereka akan merasakan sensasi luar biasa yang akan berujung dengan cinematic orgasmo. Seperti yang kami bilang, it’s a mindfuck.

Di antara film-film generic buatan dalam negeri, sulit dipercaya ada penyandang dana yang mau memberikan uang kepada Joko Anwar untuk membuat film seperti ini. Kami menyatakan salut kepada MD Pictures, terlepas dari kenyataan bahwa logonya hampir terasa seperti efek bawang putih pada vampir.

Dunia buatan Joko Anwar adalah sebuah negeri yang mencekam, dengan orang-orang yang tidak berperikemanusiaan, dari mulai rakyat biasa yang bahkan tidak bergeming saat seorang perempuan menggendong bayi jatuh mengejar bus di waktu hujan, sampai ke menteri yang menyiksa dan membunuh orang untuk mencari kekayaan. Aneh, karena biarpun Joko Anwar mendandani karakter-karakternya dengan outfit barat, semuanya terdengar familiar. Ini adalah negara kita.

Joko Anwar menyampaikan keluh kesahnya dengan sangat stylish, dengan referensi buat film buff yang kami rasa tak ada habis-habisnya, walaupun kami langsung menontonnya dua kali. Selalu ada yang baru yang kami temukan. Kami tidak akan menceritakan ceritanya dengan lebih detil. Percayalah, semakin sedikit anda tahu tentang cerita KALA, semakin nikmat anda menontonnya. Yang perlu anda dengar: ini adalah sebuah film mencekam yang akan membuat anda mencengkeram pegangan kursi anda.

Ini adalah pertama kali kami menyaksikan sebuah film Indonesia di mana semua departemen bekerja dengan kompeten. Akting, art, sinematografi, musik, sound. Sadar atau tidak, film ini telah dengan fatal telah menaikkan benchmark film Indonesia. Kami ngeri untuk masuk ke bioskop untuk menonton film Indonesia berikutnya. Ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa, terlepas dari beberapa kelemahan teknis yang kami yakin disebabkan oleh bujet.
Kami tidak sabar menunggu apa yang akan dibuat Joko Anwar berikutnya. Untuk itu, kami hanya memberikan 4,5 bintang untuk KALA. Tapi, untuk semua yang terlibat dalam pembuatan film ini: SALUT!

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda